Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Senin, 02 Mei 2011

Mempererat ikata silaturahim

Mempererat Ikatan Silaturahim



Al-Qur’an menggambarkan kehidupan yang harmonis di kalangan kaum muslimin dalam surat Al-Fath:29: “Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaanNya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda sujud.”

Kehidupan yang harmonis itu tidak tercapai dengan mudah. Oleh sebab itu Rasulullah memberi petunjuk kepada kaum muslimin dengan sabdanya: "Jangan saling memarahi, saling dengki, saling membelakangi. Hendaklah kamu sekalian menjadi hamba Allah yang bersaudara. Tidak boleh seorang muslim memutus tali silaturrahim dengan saudaranya lebih dari tiga hari.”

Saling dengki sesama umat Islam sangat dilarang, seperti orang miskin mencari kelemahan orang kaya dalam mendapat hartanya. Dia menebarkan isu bahwa orang kaya tersebut mendapat harta dengan cara haram. Sebaliknya orang kaya berupaya untuk menutup semua jalan yang membawa orang miskin menjadi orang kaya seperti dia atau lebih kaya dari dia. Dia tidak mau ada orang kaya lain yang menyayinginya.

Pendengki hidup penuh beban karena dia harus mengikuti setiap perubahan yang ada pada orang sekelilingnya. Setiap nikmat yang singgah pada tetangganya harus dicari titik kelemahannya. Dia harus mengoleksi semua kelebihan atau kekurangan yang ada pada tetangganya. Dia sanggup menghafal kelebihan atau kekurangan orang sekelilingnya, bagaikan sebuah enskiklopedi berjalan. Seandainya kemampuan itu dialihkan untuk kepentingan yang bermanfaat dalam kehidupannya tentu sangat baik seperti menghafal ayat suci Al-Qur’an dan al-Hadits.

Petunjuk yang lain dari Nabi untuk menjaga hubungan silaturrahim: jangan menghalangi pembeli untuk membeli sesuatu di tempat dagangan saudaramu dengan mengatakan: "Barang daganganku jauh lebih baik dari barangan dagangannya."

Kehidupan kaum muslimin terus berkembang di saat mereka hijrah ke Madinah sebab di kalangan umat Islam Madinah ada kelompok munafik. Kelompok munafik terdiri dari orang yang pintar menyesuaikan diri. Kenyataan di permukaan berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Dia tidak segan-segan menyatakan beriman dan mengakui Muhammad utusan Allah padahal dia sangat benci kepada ajaran yang dibawa Muhammad saw dan berupaya untuk mencegah agar ajaran Nabi Muhammad mati suri. Setiap pernyataan orang munafik dianggap bohong walaupun benar seperti yang termaktub dalam firman Allah.

Pernyataan "Muhammad sebagai utusan Allah" adalah benar tetapi karena pernyataan itu keluar dari dari mulut orang munafik dikatagorikan sebagai pernyataan bohong. Penampilan orang munafik terkesan baik, phisik mereka kelihatan sehat, perkataan mereka terdengar teratur, bernas, penuh logika dan meyakinkan tetapi jiwa mereka sangat rapuh setiap letupan diduga diarahkan kepadanya.

Walaupun kaum munafik berada di kalangan umat Islam, kaum muslimin hidup rukun damai sementara mereka waspada terhadap isu yang dikembangkan oleh golongan munafik.

Seorang pemimpin memperlakukan bawahannya dengan baik walaupun dia berinisiatif salah dalam melakukan tugasnya. Dalam perang Uhud kaum muslimin hampir dikalahkan oleh kaum Quraisy karena kesalahan regu pemanah yang diberi tugas khusus oleh Rasul. Rasul merangkul mereka kembali untuk bergabung dengan para sahabatnya yang setia sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulat tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.”

Di samping itu Allah telah memaafkan kesalahan mereka: “Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan antara kamu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk mengujimu, tetapi dia benar-benar telah memaafkan kamu. Allah mempunyai karunia kepada orang-oang mukmin.” (Ali Imran:152)

Akhirnya marilah kita wujudkan masyarakat Aceh yang religius dengan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran Islam. Jujur dengan upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya, bukan munafik yang mencetuskan kebenaran tapi hati kecilnya benci kepada kebenaran itu, disiplin dengan perilaku tertib dan patuh pada berbagai aturan yang berlaku. Bekerja keras dengan sikap sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan. Ingin mengetahui sesuatu masalah lebih mendalam sebab pengetahuan di batas permukaan masalah tidaklah mencukupi untuk mencari sebuah solusi, dan mandiri tidak mudah bergantung pada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar