Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Jumat, 22 April 2011

Tujuan hidup muslim


KHUTBAH :: Drs. H. Azhari Basar
ADALAH sebuah kepastian bahwa pada satu saat, suka atau tidak suka, kita akan mati. Kematian itu mungkin akan kita hadapi dalam suasana normal, karena sakit atau sudah lanjut usia. Ada juga kematian menemui seseorang dalam keadaan yang tidak normal, umpamanya karena kecelakaan lalu lintas, tenggelam di laut, dicengkeram harimau, atau dibunuh.

Ajaran Islam menyatakan, kehadiran kita di alam fana ini adalah untuk mengabdi kepada Allah, sebagaimana yang tercantum dalam Q.S. Az-Zariat 56 :”Dan tidak Kami jadikan jin dan manusia kecuali untu mengabdi kepadaKu”. Ketahuilah bahwa pengabdian kepada Allah harus kita laksanakan dalam dua dimensi, yaitu dimensi dunia dan dimensi akhirat. Dalam kata lain kita mengejar dua kebahagiaan, kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat.

Bagaimana kita mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat? Dalam hal ini Allah SWT menyatakan, kebahagiaan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi hanya dapat kita peroleh bila kita menjalin hubungan yang harmonis dengan Allah dan dengan manusia.”Senantiasa kamu akan ditimpa kehinaan di manapun kamu berada, kecuali (menjalin) hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia.”(Q.S.Al-Baqarah: 61).

Hubungan dengan Allah tentu dapat kita laksanakan melalui ta’abbud kepada-Nya dengan melaksanakan segala amar-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sedangkan hubungan dengan manusia dilaksanakan dalam bentuk jalinan tali persaudaraan dan kasih sayang, saling tolong menolong dan tenggang rasa, membina persatuan, menghindari perpecahan, bersikap adil, saling memberi maaf dan sebagainya.

Ajaran Islam menyatakan, kehidupan manusia di dunia pada hakikatnya adalah untuk mencari dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya bagi kehidupan akhirat. Derajat manusia di akhirat nanti akan sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bekal yang dibawa dari dunia. Bekal adalah amal kebaikan yang dilakukan dalam hubungan dengan dua dimensi tadi, yaitu amal di dunia dan amal untuk negeri akhirat dan juga amal dalam hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia. Semakin banyak dan bagus bekalnya maka semakin tinggi pula derajat kemuliaannya.

Jika ingin mencapai kedudukan tinggi di tengah masyarakat, maka kita harus memiliki bekal ilmu dan ketrampilan yang cukup serta budi pekerti yang luhur. Sedangkan untuk memperoleh kedudukan yang tinggi dan mulia di akhirat, yang sangat diperlukan ialah ganjaran. Semakin banyak pahala yang dikumpulkan di dunia, maka semakin tinggi pula derajat kedudukan kita di akhirat kelak.

Dunia bagi kaum muslimin
Sahabat Rasulullah SAW yang bernama Abdullah bin Abbas berkata :”Sesumgguhnya Allah SWT menjadikan dunia terdiri atas tiga bahagian. Sebahagian bagi mukmin, sebahagian bagi orang munafiq dan sebahagian lagi bagi kaum kafir. Orang mukmin menyiapkan perbekalan dalam bingkai ketaqwaan, orang munafiq menjadikannya sebagai perhiasan dan orang kafir menjadikannya tempat bersenang-senang.”

Allah SWT memberikan pahala bagi mukmin yang lulus dari ujian yang dihadapinya ketika dia hidup di dunia. Seseorang yang berhasil mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya maka pastilah tempatnya di syurga. Sedangkan orang yang durhaka, pastilah tempatnya dalam neraka. Firman Allah dalam Q.S.Al-Ankabut: 2, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja mengatakan “Kami telah beriman” sedangkan mereka tidak diuji lagi?”

Ujian yang sangat berat bagi kebanyakan orang berkaitan dengan harta dan jabatan. Harta yang banyak dan jabatan yang tinggi sering membuat seseorang terbius, lalai dan lupa kepada kewajibannya terhadap Allah serta lupa akan tujuan hidupnya di dunia ini. Harta yang seharusnya dipergunakan untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah, ternyata digunakan untuk kemaksiatan, tidak mau membayar zakat, enggan melaksanakan qurban, lupa kepada kaum dhu’afa.

Semua fasilitas yang kita miliki di dunia ini hendaklah kita jadikan sarana untuk memudahkan kita memasuki gerbang taqwa, bukan gerbang noda dan dosa. Semakin banyak fasilitas hidup yang kita miliki, hendaknya semakin meningkat kualitas taqwa kita. Dengan memiliki banyak uang, memudahkan kita beramal bagi kemanusiaan, membayar zakat, menyembelih qurban, memberi makan anak yatim dan fakir miskin, membantu pembangunan rumah Allah dan memudahkan kita menunaikan ibadah haji dan umrah.

Inilah contoh kemurnian taqwa yang sangat mahal nilainya, yang dicatat oleh Allah dalam kitabnya di Luh Mahfudh, bahwa ada hamba-Nya yang menjadikan semua apa yang dia miliki menjadi sarana untuk meraih cinta kepada Allah dan mencapai derajat taqwa.

Hamba-Nya ini dengan penuh kesadaran melaksanakan firman Allah dalam Q.S. Al-Qashash : 77 : “Dan carilah pada apapun (fasilitas) yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu akan (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesunguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar