Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Kamis, 28 April 2011

Perjalanan hidup hasan tiro

Berita Lampung Sejarah dan Perjalan Hidup Hasan Tiro Deklarator Gerakan Aceh Merdeka : Wafatnya Hasan Tiro ini tentu saja meninggalkan duka yang mendalam bagi rakyat Aceh. Pria yang disapa rakyat Aceh sebagai “Paduka yang Mulia” ini memang sangat dielu-elukan. Wali Nanggroe Aceh yang lahir pada 25 September 1925 itu akan dimakamkan di samping kuburan Teungku Cik Di Tiro di Desa Murue, Indrapuri, Aceh Besar. Leluhurnya yang tercatat sebagai salah seorang pahlawan nasional.

Kecintaan rakyat Aceh itu juga terlihat saat dia pulang ke Aceh pada Oktober 2008. Massa membludak memadati Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Mereka datang dengan truk dan puluhan mobil. Banda Aceh yang tak pernah macet, hari itu mendadak menjadi kota yang macet total. Datang dari berbagai penjuru Aceh, mereka menyambut kedatangan tokoh yang disapa ”Paduka yang Mulia Wali” itu.

Maklum, Hasan sudah meninggalkan Aceh sejak 1979. Ini empat tahun setelah
Hasan Tiro mendeklarasikan Gerakan Aceh Merdeka dan membentuk Angkatan Gerakan Aceh Merdeka di pegunungan Pidie. Hasan memperjuangkan ketertindasan rakyat Aceh dari pemerintahan Pusat pada masa lalu. Dia bercita-cita Aceh menjadi negara yang makmur dan rakyatnya bebas dari kesewenang-wenangan.

Dalam memperjuangkan nasib rakyat Aceh, Hasan sangat jelas sikapnya. Bahkan pada suatu kesempatan, dia pernah mengatakan sanggup berjuang untuk Aceh walau hanya dengan kekuatan tujuh pemuda saja. Sejak mendirikan GAM, Hasan lebih banyak bermukim di pegunungan bersama sejumlah pengikut setianya, seperti Dr. Muchtar, Zaini Abdullah, Husaini Hassan, dan Daoed Paneuek. Maklum mereka menjadi buronan TNI, dituduh sebagai separatis.

Bermodalkan senjata api tua sisa-sisa perjuangan Daoed Beureu-eh (tokoh DI/TII di Aceh), Hasan dan pendukung setianya di Aceh menghadapi TNI yang waktu itu sudah dilengkapi senjata yang modern. Suatu ketika ketika mereka sedang bersembunyi di pegunungan kawasan Aceh Utara, mereka telah terkepung pasukan TNI.

Di puncak bukit, Fauzi Hasbi Gedong, yang waktu itu adalah salah seorang panglima GAM, sedang membersihkan senjata tuanya. Tiba-tiba senjatanya meletus dengan sendirinya, dan letusan ini mengejutkan pasukan TNI yang sedang merayap hendak mengepung mereka. Tembakan balasan pun terdengar, dan kelompok Hasan pun lolos dari kepungan pasukan TNI.

Belakangan Hasan mengungsi ke Swedia, dan membangun kekuatan GAM dari sana. Merekrut pemuda-pemuda Aceh untuk berjuang bersamanya dan melatihnya di Lybia. Lalu diterjunkan ke Aceh untuk menghadapi TNI. Kendati cukup banyak yang ditangkap, namun semangat GAM tak pernah surut. Sehingga waktu itu sampai-sampai disebarkan berita bahwa Hasan Tiro telah meninggal pada 1990-an. Dua kali, Hasan Tiro diisukan meninggal. Rupanya ini hanya trik untuk merontokkan semangat GAM. Namun upaya ini juga gagal.

Dalam perjalanannya, banyak perkembangan yang terjadi di tubuh GAM. Di antara ada tokoh-tokoh GAM yang membelot dan membantu TNI, seperti Fauzi Hasbi Gedong dan Arjuna (mantan Panglima Muda GAM). Di luar negeri, GAM juga terbelah. Husaini Hassan kemudian keluar dari GAM dan mendirikan Majelis Pemerintahan GAM di Swedia pada 1998. Uniknya mereka yang sudah terpecah-pecah ini tetap menempatkan Hasan Tiro sebagai simbol perjuangannya.

Fauzi Hasbi Gedung yang sudah membelot lebih dulu punya banyak kisah tentang Hasan Tiro. Fauzi yang setelah membantu TNI sedang menyebarkan rasa benci untuk Hasan Tiro, sangat menghormati dan mengagumi Hasan Tiro. Begitu juga pada Arjuna yang juga terlibat dalam upaya menghentikan gerakan pejuang GAM, ternyata mengidolakan sosok Hasan Tiro.

Pertanyaan serupa sempat saya tanyakan pada Husaini Hassan yang hingga kini masih bermukim di Swedia. Dia sangat percaya pada gerakan yang dibangun Hasan Tiro. Bahkan dalam Majelis Pemerintahan GAM yang didirikannya itu, dia menempatkan Hasan Tiro pada sebagai pemimpin mereka.

Mereka tersinggung berat jika kita menyampaikan informasi negatif tentang Hasan Tiro. Mereka tak peduli apakah informasi itu benar atau salah, asalkan bercerita buruk tentang sang tokoh maka nyawa bisa melayang. Bagi mereka, Hasan Tiro adalah kebenaran mutlak dan penempatannya pun sebagai Paduka yang Mulia.

Dan perdamaian Helsinki pada Agustus 2005 juga terwujud sebab Hasan Tiro mengangguk setuju. Setelah perdamaian, rakyat Aceh pun semakin terbuka bersimpati kepada GAM yang dipimpin Hasan Tiro ini. Bahkan mereka memilih Irwandi Yusuf dan M. Nazar untuk memimpin Aceh juga disebabkan bendera GAM, dan itu adalah Hasan Tiro. Memilih pasangan ini, ibarat kata rakyat Aceh sebenarnya memilih simbolnya yaitu Hasan Tiro.

Said Fuad Zakaria, tokoh Golkar Aceh yang kini adalah Anggota DPR-RI juga kagum pada sosok Hasan Tiro. “Ini seorang tokoh perjuangan nyang sangat dicintai rakyat Aceh. Dia seorang demokrat sejati, peran perdamaian Aceh berada pada Hasan Tiro. Kalau bukan karena Hasan Tiro, tak mungkin ada damai di Aceh,” katanya saat berbincang dengan saya. “Hasan Tiro adalah pahlawan perdamaian Aceh. Adalah tugas kita bagaimana mengisi perdamaian ini agar Aceh menjadi makmur seperti yang dicita-citakan Hasan Tiro.” (sumber Tempointeraktif.com)

4Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar